Wednesday, August 13, 2014

Sekarang Tentang ME

Ahhh... Ternyata sudah lama sekali aku tidak membelai blog ku ini, rasanya ada banyak sekali yang ingin aku tuangkan di sini., Lalu... Biarkan aku mulai saja'

ME, aku kini cinta padamu..
***
Setelah dua tahun lalu (2012) aku berjuang untuk melawan sakit hati karna cinta yang menderaku lalu harus pula aku merasakan apa itu Patah Hati. ingat ME? aku pernah bercerita tentang seorang pria yang aku kagumi, kita berteman begitu lama, sejak SMP. Aku jatuh hati padanya, hingga SMA, aku menahan rasa ME, lalu saat SMA kelas 2 aku tumpahkan rasa itu, ya... ia sudah punya kekasih tentunya. Lalu SMA kelas 3 dia hadir ME, dia bilang dia ingin di beri kesempatan untuk bersamaku... "Oh betapa di tahun sebelumnya aku berharap dia datang untuk memintaku agar bersamanya, TUHAN MAHA ADIL", namanya Apri. tentu kamu tau ME. kita pacaran hampir 3tahun, dan ia memutuskan untuk merantau ke Papua. hampir berjalan 3tahun ME, dia berubah... ternyata dia punya yang lain, wanita itu bernama Dewi, namanya sama dengan mantan kekasihmu yang telah tiada itu kan ME? yang sanggup membuatmu meneteskan air mata. kita tengkar hebat ME, dan kita putus secara sepihak. ternyata Dia lebih memilih untuk bersama Dewi-nya ME, meskipun dia janji bahwa dia akan menjadi milikku selamanya... Entahlah ME... SAKIT ya sakit. 
Tapi perlahan aku mencoba untuk move on ME... dan aku berhasil, meskipun aku tak pernah bisa melupakannya hingga kamu dating ME, aku cinta padamu dengan setulus hati, dengan jiwa satu yang utuh untukmu. Yang telah pulih dari sakit yang di deritanya.
ME, maafkan aku... mungkin sebelum bersamamu, aku telah mengenal banyak lelaki... sebut mereka yang begitut dekat:
-Wimpy Ahimsha Quimbaya, saat pertama aku masuk kuliah, dan pertama kalinya aku hidup di Jogja, dia pria pertama yang aku kenal, karna dia begitu dekat dengan orangtuaku dan kost kami berdekatan. Saat Apri meninggalkanku, dialah sandaranku, dia selalu ada buatku... bahkan dia mau mengantarkanku kemanapun aku pergi, dan itu artinya dia harus meminta ijin sama pacarnya yang akhirnya putus karna beda kasta., dia sedih, aku juga. kita adalah dua orang yang sama-sama patah hati, bahkan pernah dia bilang mau menggantikan posisi Apri, atau bahkan menjadi yang kedua. aku tak tau dia bohong, sedang menghiburku atau itu tulus dari hatinya... entahlah, tapi aku nyaman bersamanya. aku ingat waktu pertama kali aku pulang PPSMB waktu kuliah,  dia yang menjemputku pulang, dan pernah dia mengantarkanku pulang ke rumah. perilakunya yang lembut dan penuh kasih sayang, membuatku hampir jatuh cinta padanya, tapi kutahan. aku masih berpikir aku tak bisa. saat aku menangis dia ada di sampingku, menghapus air mataku dan membelai kepalaku serta wajahku lembut... pria yang baik, dan tetap saja aku memanggilnya mas, dan dia memannggilku dek Nia. ya, aku sayang dia... kami sangat dekat, kemudian waktu yang tertelan membuat kami jarang bertemu, dan akhirnya kita menjauh... dia pernah bilang sayang aku, tapi sudahlah itu masa lalu. dia kini memiliki seorang pacar yang jahat menurutku.. entah apa kesalahanku padanya, kenapa dia menjauhiku... tapi aku minta maaf, dan dia tak pernah mau menanggapi maafku... kita lalu berpisah, entah apa kabarnya dia sekarang... begitu banyak kisah yang aku alami bersamanya, kenangan... tapi aku tak dapat mengungkapkannya satu- per satu, biarkan itu menjadi rahasia dan hidup di memoriku saja. kita tak pernah pacaran. kita berpisah tanpa sebab, dan tanpa kabar
- Abdul Haris Prasetyanto, adek kelasku pas SMA, tapi kita cuma sodaraan aja... dia sering curhat ke aku, aku juga curhat ke dia. dia tipe cowok yang sayang banget sama keluarga.
- Arif Nur Rokhman, dia sosok yang baik, adek kelasku juga pas SMA... tapi kita cuma sahabatan kok, gak lebih, meskipun kita emang deket banget, dia sayang banget sama cewek namanya Ve, dia juga selalu ada buat aku, dia selalu nemenin aku.. tempat curhat paling apmuh lah..
- Najib Ubaidillah, anak UIN yang katanya sayang sama aku Cinta bahkan, tapi dia tak pernah mau mengungkapkan dan lebih memilih untuk meniadakan rasa itu, aku tak pernah tau alasannya. Dia selalu sayang aku ME, dia selalu ada untukku, dia pria yang baik, dia selalu melakukan apapun untuk membuatku nyaman bersamanya, tapi aku hanya bisa menganggapnya sebagai kakak. "untuk mas Najib aku minta maaf".
- Muh. Fill Ardi, anak UII jurusan hukum. kita sempet deket ME, meskipun tidak lama.. hanya beberapa bulan, awalnya kita kenalan di dunia maya, lalu dia ngajak ketemuan, dia suka banget sepak bola, tapi dia tidak pernah bisa lupa sama mantannya, jadi aku pikir berteman lebih baik.
- Edwin Ar-Dita, dia temen SMP ku ME, sahabatnya Apri yang merantau di Batam... sebenarnya kita jaranng banget komunikasi ME, hampir ga pernah setelah SMP. lalu putusnya aku dengan Apri, membuat kita dekat. dia mendengarkan semua cerita yang aku alami selama ini, dia baik, dia perhatian, aku ingat dia panggil aku 'adek'. Hampir tiga bulan aku sama Dita TTM-an, tapi aku yang selau menahan diri, karna aku tau atau dia sahabat mantanku, dan aku gak bisa kalau harus bersamanya, meskipun aku tau dia sempat sayang dan cinta sama aku. tapi aku gak mau. Lalu, setelah aku merasa nyaman bersamanya ternyata ada sepercik harapan kosong, karna dia gak pernah bisa move on dari mantannya. kita tengkar waktu aku tau cewek itu masih sangat mengharapkannya, jadi aku pikir, aku lebih baik mundur perlahan... aku tidak ingin cewek itu sakit hati karna harapannya untuk bersama Dita bertepuk sebelah tangan. selanjutnya terserah Dita.
- Rangga Wijanarko, ME mungkin aku gak akan cerita banyak tentang pria ini, dia berdarah Arab, baik, dewasa, dan bijaksana. kita kenalan di Nglanggeran waktu camping bareng. dia kuliah di Akprin jurusan teknik mesin. awalnya kita cuma live chat di facebook.. entah siapa yang add duluan tapi tiba-tiba kita udah temenan aja. lalu kita mulai ngobrol, trus tukeran no. hp. yah, kita jadi deket banget, aku cerit tentang mantanku, Dita dan lainnya ke dia ME, dewasa banget nanggapinya... kita awalnya jalan ke pantai Jogan, lalu ke Waduk Sermo dan yang terakhir ke Magetan Telaga Sarangan. dia menarik, dia suka film, motor gede, keren lah... tapi ME, saat aku mulai nyaman bersamanya... dia mulai juga mulai menjauh, aku sayang dia, "kakak" dan "ade" adalah panggilan kita. kita banyak ngobrol, meski aku sadar banget aku bukan tipenya. tapi aku sayang dia, dia benar-benar menarik,, dia tegas soal hidupnya. dia juga cerita banyak hal terutama tentang mantannya yang gak bisa move on dari dia,. sama, aku juga banyak cerita tentang diriku dan masa-masa kelamku. dia orang prtama yang bilang aku terlalu kurus dan harus agak chubby. heeehhhh... pada suatu malam dia main ke kost, ngasih banyak banget film... dia juga nemenin aku. dan entah kenapa pada saat jalan bareng, tiba-tiba aku semakin sayang dia, apa lagi dia sempat bilang sayang sama aku, entah apa maksudnya, tapi aku tau ini cuma angan-anganku, karna jelas kita berbeda, dan kita gak mungkin bersama. 
- Haris Widodo, Haris adalah pria terakhir yang dekat denganku sebelum akhirnya aku mengenal seorang pria bernama Edy. Haris adalah sosok pria yang dewasa, penyayang, sabar, dan apa adanya. dia kuliah di UIN jurusan Kepustakaan, dia yang bantu aku nyari bahan buat skripsi. baik kan ME? pernah juga suatu malam dia datang buat nganterin makanan doang pas dia tau aku ngerjain skripsi dan seharian belum makan. dia perhatian banget ME sama aku, dia juga temen deketnya Rangga. tapi entah kenapa seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin jauh dan menjauh... padahal dulu deket banget, dia dulu panggil aku 'Emon' dan aku panggi, dia 'Dora'.
sebenarnya masih banyak lagi mereka - mereka (pria) yang silih berganti ingin bersamaku, tapi aku tolak dengan lembut... entah siapa lagi, aku hingga lupa namanya,, mungkin harusnya di barisan sebelum atau sesudah dari mereka masih ada nama Nurul, Satrio, atau Radhian yang dengan anehnya menembaku hingga sering dan kutolak dengan ketegasan yg tak dia mengerti, dia terlalu Percaya diri. lalu masih ada nama lain, sebut saja Aziz.. dan entahlah... mungkin ada nama yang luput dari ingatanku, bukannya aku mencoba lupa... tapi memoriku lemah... yang aku tau, ada pria yang terakhir, saat ini dan semoga selamanya... dia adalah---
- Edy Dhani Saputra, kamu tau lah ME siapa Edy itu. dia pria terakhir yang dengan tegasnya memintaku buat jadi istrinya. Awalnya, kita cuma kenal aja,gak deket, dulu kita saling benci. Katanya aku ini manja dan rewel banget, jadi dia sebel gitu ma aku, dan anehnya aku juga benci sama dia karna dia tu sok banget, sok gak punya masalah gitu… huuhhh… kita kenalan 2012 lalu. aku gak nyangka kalau akhirnya dia bisa jatuh cinta sama aku. dia gak pernah ngasih alasannya atau paling gak jelasin kenapanya gitu. dulu kita cuma ketemu pas main bareng aja, tapi ya udah.. gitu doang. dan pas tahun 2013, kita ketemu lagi di Embung Nglanggeran. kita jadi deket, sms-an, ngobrol, dan main bareng lagi ke pantai. lalu dia juga yang jadi Juri pas aku ikutan seleksi Jambore Pemuda Indonesia. Aku lolos ME, dan dengan semangatnya yang tulus dan menyenangkannya dia ngasih aku selamat karna aku lolos seleksi. Seneng deh J. dan akhirnya kita semakin deket, dan pas suatu malam dia cerita tentang rahasianya... dan aku terkejut atas alasan dia yang tidak mau pacaran. aku ikut sedih karna tiba-tiba dia nangis di hadapanku,. lambat hari dia jadi lebih sering hubungi aku. dan entah kenapa tiba-tiba dia nanya apa aku sayang dia atau tidak.Huuueehhh.... lekas aku bilang sayang dia, sebenarnya aku cuma sayang sebagai kakak aja, gak lebih... tapi aku tau dia sayang aku sebagai mana seorang pria jatuh cinta kepada seorang wanita. dan kaget aku ME, saat dia terang-terangan ngajak aku nikah. aku masih belum sadar... kita gak gak pernah jadian. tapi kita jalan... dia panggil aku 'Sayang' dan aku panggil dia 'Mas'. setahun berlalu... kita tunangan ME. aku senang. oh iya ME, Edy ini orangnya baik, dia loyal, cerdas, dan tegas, dia juga sosok yang Nasionalis bangetttt... tattonya di lengan kanan bendera Merah-Putih, aku salut. dia juga hobi nyepeda, sehat sih... tapi aku jadi ngerasa aku cuma jadi yang no.2. sering kita tengkar gara-gara dia lebih milih buat nyepeda dari pada nemenin aku ato hal sepele lainnya. meski sebenarnya dia selalu ada buat aku... tapi entah kenapa kalo pas lagi sama dia, bawaanya pengennya di maja terus, aku gak mau ngalah... aku pengen liat dia serius gak mau nerima aku apa adanya. setelah tunangan, kita sering berantem... tapi gak pernah yang sampe serius.. aku jadi lebih sayang sama dia, aku ke bawa arus cintanya meskipun dia adalah sosok yang keras kepala... buat pria tangguh ini, aku cinta kamu. Dan yang aku tau sekarang… AKU TAKUT KEHILANGAN DIA


Sekarang dan sampai nanti aku ingin tetap bilang aku cinta kamu ME (inisial). I love you for every time we spend together, jangan kecewain aku ya ME   :)

-Nia's Words-

Monday, June 17, 2013

Loempia Boom

“This is a real good spot. Let’s take a seat here, guys,” said a friend, Ai, as she drew out a chair from one of a table. I was just going to reply ‘why’ until my head turned southward, then I knew what she was talking about. Out of the rows of buildings and uproar of the city, the yellowish green paddy field was stretched before us, framed with the green trees on the left side and the bright blue sky above.

Located on Jalan Selokan Mataram, Pogung Dalangan, in Yogyakarta, this restaurant presents a different point of view to see the city. The weather was prone to hot as we stepped on the second floor of “Loempia Boom” restaurant. It led us then, to pick a shady spot in the furthest corner, from which seen the red, yellow, and green lampions hung under the edge of the roof. Just like us, numerous of the other visitors are mostly teenagers to the middle-aged people, who seemingly enjoyed the tranquil ambience of the place.
Aside from the good vibes it spread out, the name “Loempia Boom” itself straightly hints to the specialty of this modest restaurant: lumpia. The lumpia served there is not just the ordinary one; ‘boom’ sounds pretty much like something extra, which is the size. Normally, a lumpia—also known as spring roll in English—is in a size of a man’s palm, with bamboo sprout as the filling. But this one is unlikely into normality. It has a jumbo size. Twice as big. Around 20 cm in length, probably 3 cm in width. Comes out with various fillings, as of chicken, beef, sausage, meatballs, seafood, or even chicken gizzard, loempia boom simply breaks the conventional lumpia. This golden brown dish features as a side dish, along with rice, plus the extra raw vegetable and sambal (grinded chili)—which completing each other.
Arranged on a plate of besek—a typically Javanese traditional plate made of weaved-bamboo—the shrimp-filled lumpia emits a yum aroma, inviting us to chomp it promptly as it is set on the table. Once the slice of it landed on my tongue, gently I ground its warm crispness. Just nearly at the same time, the diced carrot and sauteéd eggs touched my palate smoothly, pleasantly tender. And even that it was needed an extra attempt to make my gustatory sensitive in finding the shrimps, yet when I did, the savory of it tasted delicious. As if the whole of lumpia were dancing a melancholic waltz in my mouth.
Another friend, Tiyan, admitted that as chewing a slice of chicken-stuffed lumpia, she could hear the scrunch of her dish’s surface within her head. Once she came to munch the fillings of carrot and bean sprout, she grasped their tenderness that melt together. The mixture of naturally sweet carrots, bean sprout and scrambled eggs are all in balance with the well-seasoned chicken. It goes even more challenging when she dabbed her lumpia with the red-hot sambal, of which casting grains of sweat upon her philtrum. In accordance to what Tiyan said about her dish, Ai portrayed the sensation she gets for her lumpia as alike. The only difference lies in the filling she chose, the pungent tasted chicken gizzard that kicked her tongue in a morsel.
Also in her lumpia hunting, Nia preferred to order boombastic lumpia and oseng jamur boom. Tagged with the most complete fillings, she was allured by the image presentation of bombastic lumpia. The most dominant taste when her teeth crushed it was the carrot with its sweet smoothness and the chopped of well-spiced chicken. Combined with the chewy meatballs, sausage, and slices of beef, this lumpia is such a pleasure to eat. Whereas, the presentation of oseng jamur boom was delightfully colored: white of the mushrooms, garnished with red and green comes from the chili. Each slice of the mushroom was set in a bite size, and it was fresh on account of being undercooked.
But then to have a meal without drinking would be so unfair to the throat, so we ordered several distinguish beverages, one of which was ice tape with milk. Tape is a Javanese traditional food made of fermented yeast, that basically can be enjoyed by itself. For me, though, to take a sip a glass of stirred tape with milk was just a little piece of heaven. The combination of sour and sweetness comes from the green tape and its rice-like texture just felt complete with splash of creamy cold milk.
If a glass of ice tape with milk rather comes as semi-traditional, a number of Western beverages also served in this restaurant. With its slim long glass, the chocolate colored vanilla latte indeed tasted like the fresh, real melting chocolate bar. Covered with the soapy white float, the upper layer of this chocolate drink tastes sweet as well as mildly salty. For those whose tongues are a big fan of sweetness, vanilla latte would be a great accompaniment anytime.
As an alternative for those who wants to get relieved from thirst in a hot weathered day, a healthy choice offered in the menu is a glass of strawberry float. The composition is simple, with a red colored substance hints to its juicy freshness. If the flavor brought by the smooth strawberry juice is typically sour, a scope of vanilla ice cream upon it softens the taste, leaving a refreshing mixture throughout the throat.
Another beverage offered in this restaurant is indeed as fresh as its name, “the rainbow”. Splashed colors of deep red, green, and bright blue is apparently such a joy to watch. As a soda-based drink, the rainbow has an ability to calm down your body by the drops of mint extract. Served with ice, this cold syrupy drink is not only pleasing to sight, it glides down the throat like a dew in early morning.

Ultimately, with such enjoyable dishes, atmosphere, and less than Rp 10,000 for each food and drink, it is more than just a lumpia. It is “boom”.

Tuesday, June 11, 2013

“Rindu”


Ketika hujan tak menyampaikan bisik rindu
Aku tegak pada dinding tembok yang mengekangku
Tak ada bayanganku atas bias itu
Telanjangi pandangan mata yang semakin sayu
Rapuh karna lebat hujan mendenting dan gemuruh

Gelap, sudah malam kemudian menjemput kelam
Cahaya buta di ruang hampa tanpa jendela
Tapi hujan terdengar bising
Mengganggu cicak – cicak yang bercumbu di antara tembok raksasa

Kian melemah saat derai hujan meruntuhkan rindu
Rasa tangguh tak bersanding
Lalu tetap menjadi apa dikata “Rindu”
Tiada gerak mencaci bising berparas deru--  

12 Juni 2013, Nia Susanti

Thursday, June 6, 2013

Inspiration from Olivia Sonya Aresta


Editing on Tiyan’s Article “He is Beautiful”


As mas Dalih left to Bali for two weeks, mbak Abmi filled the spot as substitute lecture. Mbak Abmi ever came to the class as a guest, first he came to bring topic of movie review and last Monday when she brought a guest. The beautiful guest; with long hair, pointed nose, proportional body and casual gray cardigan, but manly voice. She sat at the back of the class. Special guest which make me confuse at the first, she is a male or female.
This guest would be the informant to interview based on the topic that day. At the first time I confused but I realized it was ok.
After that, this guest sat in front of the class and introduced herself kindly; her name was Olivia Sonya Aresta with her nick-name mbak Sonya. She came from Klaten, and lives in Jogja during her vocational School. Although she is a transgender “waria, she is hard worker. She was actives in her job as a beauty consultant, a seller of on-line shop and bride-make-up artist. She also joint society community of Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
As the times goes by, Mbak Sonya has to face hard struggle in finding the identity, her complicated family who could not accept her condition as a transgender especially her mother. It was her job to get the confession and acceptance from her family.
Her childhood life was happy, little bit naughty and normally as a child, she comfortably played with girl and it lead her seems to be girly, it was continuing since her junior high school and senior high school. After graduated from senior high school, she considered to go to Klaten to be free from those mocking. Once she heard someone her family had thrown her, yet she refused this assumption. She wanted to restrain from this inconvenience decision as a waria.
For her Jogja was the pleasant place because of the atmosphere which comfortable than another place such as Bali, Solo, Bandung, and Jakarta. In this place, she found her confidence when she voluntary in Bantul to help earthquake’s victims. She has a lot of friends who cares about her likes when she was in hospital because of sick, and she dedicated her time also in PKBI which made her life meaningful, especially waria against HIV/AIDS. She wanted to prove that her identity was not a mere marginal society but they had real contributions by doing something useful.
Although she was a marginal, she still keeps beauty inside. Thank you mbak Sonya for your inspiration.